MisteriSitu Gede Tasikmalaya dan Prabudilaya A A A Kurang lebih tiga kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya di Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi terdapat suatu danau yang disebut Situ Gede.
SEJARAHTERJADINYA SITU LENGKONG Setelah cukup lama sang Pangeran berkelana di negeri Arab dan Mesir, tibalah saatnya beliau untuk pulang dan kembali ke tanah Sunda. Borosngora inilah pusat kerajaan Panjalu beliau pindahkan dari Dayeuh Luhur ke Nusa Gede yang terletak di tengah-tengah Situ Panjalu. Akan halnya, Prabu Cakradewa kemudian
Tradisiini juga mempertahankan siloka tentang pelestarian Situ Lengkong seluas 67 hektar, yang diyakini merupakan bekas keraton Panjalu. âYang bertugas mengisi seni tradisi dan menata artistiknya adalah Mang Ganda beserta Komunitas Anak Ibu (KAI) Panjalu,â ujar Dedi Koesmana, Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis.
Daritanah yang digali itulah meluber air dan menjadi danau yang dikenal dengan sebutan Situ Cibeureum. Situ itu kini terletak di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Dari sanalah nama Cibeureum bermula karena akibat keluarnya Cahaya Merah yang dalam bahasa Sunda Beureum. Maka dinamai Situ Cibeureum.
RasulullahSAW bersabda: â Barang siapa berpuasa pada Bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutup lah untuknya pintu neraka jahanam. Bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga Dan apabila puasa 10 hari maka Allah akan mengabulkan semua permintaannya.â.
PrabuSanghyang Cakradewa sangat kecewa mendapati kenyataan tersebut, karena ilmu itu tidak sesuai dengan Anggon-anggon Kapanjaluan (falsafah hidup orang Panjalu) yaitu mangan kerana halal, pake kerana suci, tekad-ucap-lampah sabhenere dan Panjalu tunggul rahayu, tangkal waluya. Sang Prabu segera memerintahkan Sanghyang Borosngora untuk
Airdanau yang dipercaya berasal dari Zamzam di Tanah Hejaz (Arab) dan pemandangan Situ Lengkong dengan kelelawar pemakan buah, tentunya jadi kenikmatan tersendiri. Makam leluhur Panjalu yang kental nuansa magis dan sejarah kerajaan Sunda juga jadi magnet yang mempesona.
Rencanaperjalanan dua hari, dari Tangerang langsung ke Cirebon, berikut ke Situ Lengkong Panjalu, terus ke Pamijahan, Tasikmalaya. Kasus Kematian Brigadir J Masih Jadi Misteri 10 jam lalu . HP Xiaomi MI 11 5G NFC Fullset Snapdragon 888 8+8/256GB Bekas Mulus Like New - Tangerang Selatan
aolUz. Situ Lengkong atau Situ Panjalu berada di wilayah Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis. Kata situâ berarti danau, sedangkan lengkongâ baca lĂŠngkong sendiri bermakna senada, yakni teluk bagian pinggir sungai besar, atau pelebaran di bagian belokan saluran air Kamus Basa Sunda Danadibrata. Danau ini berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas lebih kurang 67,2 hektar. Sebuah pulau bernama Nusa Larang atau Nusa Gede terletak di tengah-tengah danau tersebut. Asal-usul Situ Lengkong menurut cerita rakyat yang diwariskan seraca turun temurun dan berdasar pada Babad Panjalu, sebagaimana tercantum pada laman Wikipedia, menyatakan bahwa sebenarnya danau tersebut adalah 'danau buatan' atau hasil usaha manusia. Sejatinya, menurut cerita itu, tempat tersebut asalnya merupakan sebuah lembah yang mengelilingi bukit kecil bernama Pasir Jambu pasir berarti bukit, Basa Sunda, red. Bagaimana kisahnya sehingga lembah tersebut menjadi danau? Syahdan, ketika Sanghyang Borosngora, putra Raja Panjalu yang bernama Prabu Cakradewa, selesai berguru agama di Tanah Suci Mekah, maka ia pun pulang kembali ke kampung halamannya dengan membawa beberapa oleh-oleh atau cenderamata. Salah satunya, air zamzam yang diwadahi di dalam tampungan ajaib berbentuk gayung batok kelapa yang bagian bawahnya berlubang bolong. Wadah unik tersebut dinamakan gayung bungbasâ. Gayung Bungbas atau Gayung Kerancang tersebut merupakan pemberian dari ayahandanya, yakni Prabu Cakradewa, Raja Panjalu. Wadah tersebut diserahkan kepada Sanghyang Borosngora bersama perintah untuk menuntut ilmu kesempurnaan sejati sebagai bekal sebelum melanjutkan tahta. Sebelumnya, Sanghyang Borosngora pernah berkelana menuntut berbagai ilmu kesaktian ke banyak tempat di nusantara, tetapi ternyata saat diuji di hadapan ayahandanya, ia diketahui memiliki rajah/tato ilmu kekebalan yang berasal dari Ujung Kulon. Kepemilikan ilmu tersebut dianggap tabu bagi keluarga kerajaan Panjalu karena bertentangan dengan 'ajaran karahayuan'. Maka Prabu Cakradewa menghukumâ anaknya dengan perintah menuntut ilmu sejati dan menetapkan tanda kelulusannya berupa mampu membawa air menggunakan Gayung Bungbas. Gayung itulah yang kemudian berisi air zamzam dan dibawa Sanghyang Borongora ketika pulang dari pengembaraan. Setibanya di Panjalu, air zamzam dari dalam Gayung Bungbas itu kemudian dikucurkan di sebuah lembah yang mengelilingi tempat bernama Pasir Jambu. Ajaib, karena kesaktiannya maka lembah tersebut berubah menjadi sebuah danau, sementara Pasir Jambu yang berada di tengah-tengahnya kemudian diberi nama Nusa Larang yang berarti Pulau Larangan atau pulau yang disucikan. Situ Panjalu. Foto Š uce_hidayah. Keberadaan pulau Nusa Larang ini, jika diamati, senada seirama dengan penyebutan terhadap kota Mekah, yakni bermakna Tanah Haramâ atau tempat yang disucikan. Sebutan tersebut membawa konsekuensi berupa pembatasan atas akses masuk ke dalam kawasan. Terdapat ketentuan tentang siapa, kapan dan tatacara ketat yang mengaturnya. Tidak sembarang orang boleh masuk ke Nusa Larang dan tabu sekali melakukan pantangan di tempat tersebut. Nusa Larang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu pada masa pemerintahan Sanghyang Borosngora. Pulau tersebut kemudian menjadi tempat peristirahatan terakhir jasad para pemimpin Kerajaan Panjalu, yakni Prabu Rahyang Kancana putera Sanghyang Borosngora, Raden Tumenggung Cakranagara III, Raden Demang Sumawijaya, Raden Demang Aldakusumah, Raden Tumenggung Argakusumah Cakranagara IV dan Raden Prajasasana Kyai Sakti. Hingga kini, Nusa Larang masih terus dikunjungi para peziarah karena keberadaan makam tokoh penyebar agama Islam yang dimuliakan dan menziarahinya diyakini akan membawa keberkahan.
Terletak di Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, Situ Lengkong Panjalu mengalirkan kisah di luar nalar tentang keberadaan sosok harimau putih dan harimau hitam. Begitu memasuki pintu masuk ke area tempat berjiarah di Situ Lengkong, ada patung berupa harimau hitam dan putih. Bukan sekedar hiasan, patung tersebut jadi simbol sebagai hewan misterius yang konon menjadi penjaga area Juga Cerita Misteri Pajenengan Suara di Bali, Dipercaya jika Bunyi Sendiri Pertanda MusibahTak sedikit warga atau pejiarah yang melihat sesosok makhluk seperti harimau. Sebelum samapai di tempat tersebut, pejiarah harus menaiki perahu untuk menyusuri wilayah hutan seluas 57 hektare daya tarik supranatular, Situ Lengkong juga menarik minat banyak orang dari luar daerah untuk berjiarah. Konon ditempat inilah terdapat sejumlah makam leluhur termasuk Makam Hariang Kencana putra Sanghyang Borok Juga Cerita Misteri Gua Jepang Klungkung di Bali, Sering Terjadi PenampakanSelain Situ Lengkong Panjalu, situ lainnya yang mengalirkan kisah magis hadir dari Situ Gede di Tasikmalaya. Ramai dikujungi para wisatawan, Situ Gede juga disebut memiliki hewan misterius berupa ikan yang diberi nama Si Kohkol, Si Layung, Si Genjreng, dan Si penuturan juru kunci jika dilihat dari bentuk ikan itu tampak seperti ikan gabus dan ikan Juga Kisah Mistis Gedung Biru di Kalimalang, Sering ada Penampakan Hantu Kuntilanak Bergaun PutihSelain keberadaan empat ikan yang konon sebagai penjaga Situ Gede, di tempat ini juga terdapat makam keramat Prabu Adilaya. Untuk menuju ke are makam, pengunjung terlebih dahulu harus menggunakan perahu sejauh 300 meter, dan menaiki bukit di sebuah pulau kecil di tengah-tengah situ. Lewat cerita yang turun dari mulut ke mulut, Eyang Prabu Adilaya dibunuh oleh kedua istrinya sendiri karena kesalahpahaman. Sang ibunda yang kemudian menemukan makam putranya memberi petuah para warga sehingga makam tersebut dianggap Silet
Ciamis - Situ Lengkong Panjalu merupakan salah satu satu obyek wisata andalan di Ciamis, Jawa Barat. Danau ini menjadi tujuan para peziarah dari berbagai Lengkong berada di sebelah utara Ciamis. Tepatnya di memiliki panorama yang indah, di tengah danau ini terdapat pulau dengan luas sekitar delapan hektare bernama Cagar Alam Nusa Gede. Di tempat tersebut terdapat makam leluhur Panjalu. Juru kunci Nusa Gede Situ Lengkong, Abdul Azis mengatakan, air 'zamzam' di Situ Lengkong ini dipercaya dapat memberikan keberkahan. Namun ini hanya perantara saja, karena seseorang harus tetap istikamah dengan mencari rida yang Maha pandemi, peziarah datang dari berbagai daerah di antaranya Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan. Selain itu, wisatawan asal Malaysia, Brunei Darussalam dan ini, Pemkab Ciamis melalui dinas pariwisata menutup sementara obyek wisata alam Situ Lengkong sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sekretaris Dinas Pariwisata Ciamis Budi Kurnia, membenarkan hal tersebut. Pemkab Ciamis sudah menggelar rapat bersama pemerintah desa, kecamatan, dan tokoh pihak sepakat untuk menutup obyek wisata Situ Lengkong Panjalu. "Situ Lengkong Panjalu ditutup sementara sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut. Ini juga berdasarkan instruksi Bupati Ciamis Nomor 441/12-Huk/2021 tentang PPKM Mikro Guna Pengendalian penyebaran COVID-19," ujar Budi. bbn/bbn